Nama : Vita Andyani
NPM : 17212611
Kelas : 3EA24
INDUKSI
Pengertian Induksi
Induksi adalah proses berpikir di
dalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian atau pristiwa-pristiwa dan
hal-hal yang lebih kongkrit dan khusus untuk menyimpulkan pengetahuan yang
lebih umum seperti :
- Besi di panaskan memuai
- Seng di panaskan memuai
- Emas di panaskan memuai
- Perak di panaskan memuai
- Besi, Seng, Emas dan Perak adalah logam
- Jadi : Setiap logam yang di panaskan
akan memuai.
- Kita dapat berpikir secara ekonomis
meskipun ekperimen kita terbatas pada beberapa kasus indivudual
- Pernyataan yang di hasilkan melalui
cara berpikir Induksi memungkinkan proses penalaran selanjutnya baik
secara Induktip dan Deduktip
Ada dua macam Induktif adalah sebagai
berikut :
a. Induksi sempurna
Jika putusan umum itu merupakan penjumlahan
dari putusan khusus, maka Induksi itu sempurna misalnya :
Jika dari masing-masing Mahasiswa pada suatu
Fakultas, diketahui bahwa ia warga Negara Indonesia. Maka dapat diadakan
putusan (umum) semua Mahasiawa Fakultas itu warga Negara Indonesia.
b. Induksi tidak Sempurna
Jika putusan umum dari Induksi yang bukan
merupakan penjumlahan, melainkan seakan-akan loncatan dari yang khusus kepada
yang umum, itulah Induksi yang tidak sempurna.
Induksi tidak sempura ada dua macam lagi
demi sifat yang di milikinya dalam kekuatan putusan yang ternyata :
- Dalam ilmu alam (sciences) utusan yang
tercapai melalui Induksi tidak sempurna berlaku umum, mutlak, jadi tak ada
kecualinya. Hukum air mengenai pembekuannya tak mengizinkan
pengecualiannya. Tidak ragu-ragu ilmu berani meramalkan tentang pembekuan
itu.
- Ketika ilmu mempunyai objek yang
terjadi bisa kena pengaruh dari manusia yang sedikit banyaknya dapat ikut
menentukan kejadian-kejadian yang menjadi pandangan Ilmu, maka pula hal
lainnya. Ilmu tersebut di namakan Ilmu sosial serta objek penyelidikannya
terpengaruhi oleh kehendak manusia.
Contoh Karangan Induktif:
Pada waktu anak didik memasuki pendidikan formal,
pendidikan Bahasa Indonesia secara metodologis dan sistematis bukanlah
merupakan halangan baginya untuk meemperluas dan memantapkan bahasa daerah.
Setelah anak didik meninggalkan kelas, ia kembali menggunakan bahasa daerah
dengan teman-temannya atau orangtuanya. Ia merasa lebih intim dengan bahasa
daerah. Jam sekolah hanya berlangsung beberapa jam. Baik waktu istirahat
ataupun diantara jam-jam pelajaran, unsur-unsur bahasa daerah tetap digunakan.
Ditambah lagi jika sekolah itu bersifat homogen dan gurunya penutur asli bahasa
daerah itu. Faktor-faktor yang menyebabkan pengetahuan si anak terhadap bahasa
daerah akan tetap maju.
Penjelasan & Catatan Penting Paragraf
Induktif :
1. Kalimat utama berada di akhir paragraf.
2. Menyatakan dari hal yang khusus ke hal
yang umum (luas).
Penalaran induksi ada tiga macam yaitu:
1. Generalisasi
Penalaran jenis ini dimulai dengan
mengemukakan peristiwa-peristiwa yang khusus untuk diambil simpulannya secara
umum.
Contoh:
Tembaga bila dipanaskan akan memuai
Perak bila dipanaskan akan memuai
Timah bila dipanaskan akan memuai
Emas bila dipanaskan akan memuai
Besi bila dipanaskan akan memuai
Alumunium bila dipanaskan akan memuai
Dari peristiwa-peristiwa itu dapat ditarik
kesimpulan bahwa semua logam bila dipanaskan akan memuai.
2. Analogi
Penalaran jenis ini dimulai dengan
membandingkan dua hal yang memiliki banyak persamaan. Dalam penalaran ini
banyak terdapat persamaan. Akhirnya, ditarik simpulan bahwa pada segi-segi yang
lain pun tentu akan terdapat persamaan juga.
Contoh:
Perawatan tanaman dilakukan dengan seksama,
yaitu diberi pupuk, disirami, dan disiangi rumput yang mengganggunya. Dengan
begitu, tanaman tumbuh subur dan berkualitas baik. Jika berbuah pun dapat
dinikmati dengan rasa puas. Begitu pula manusia. Sejak bayi, sang ibu
memperhatikan gizi, memberi kasih sayang, dan pendidikan yang layak, serta
menghindarinya dari hal-hal yang negatif. Kelak si anak menjadi orang yang
berguna dan keberadaannya dibutuhkan orang. Jadi, merawat dan membesarkan anak
hingga menjadi orang yang berguna sama seperti merawat tanaman untuk memperoleh
kualitas yang baik.
Hubungan Kausalitas
Penalaran jenis ini dimulai dengan
mengemukakan peristiwa-peristiwa sehingga sampai pada suatu simpulan bahwa
peristiwa-peristiwa tersebut merupakan sebab suatu keadaan atau
peristiwa-peristiwa tersebut merupakan akibat suatu keadaan. Terdapat tiga
macam hubungan kausalitas, yaitu: 1.
Hubungan Sebab-Akibat
Yang dikemukakan adalah peristiwa-peristiwa
yang menjadi sebab sehingga sampai pada suatu simpulan yang menjadi akibat
Contoh:
Tadi siang aku makan di kantin sekolah
bersama dengan teman-temanku. Aku memesan menu padang. Sambal menu padang itu
sangat menggiurkan dan menggugah seleraku. Aku makan begitu lahap sehingga aku
kenyang
Hubungan Akibat-Sebab
Yang dikemukakan adalah peristiwa-peristiwa
yang menjadi akibat. Kemudian dicari apa penyebabnya.
Contoh:
Supri adalah siswa yang mendapat nilai ujian
matematika tertinggi. Tidak heran bila ia mendapatkan nilai tertinggi.
Semalaman Supri belajar matematika. Ia bertekad untuk mendapatkan nilai yang
bagus agar tidak perlu melakukan remedial.
Hubungan Sebab Akibat 1 Akibat 2
Yang dikemukakan adalah peristiwa-peristiwa
yang dapat menimbulkan beberapa akibat yang lain.
Contoh:
Siswa A berasal dari keluarga yang kurang
mampu,tetapi bercita-cita menjadi sarjana teknik. Sejak masuk SMA, ia kerja
keras. Dalam pikirannya hanya ada satu target harus menyisihkan semua
kawan-kawan sekelasnya dalam semua mata pelajaran. Akibatnya, selama kelas
satu, dua, dan tiga ia selalu memperoleh peringkat pertama. Hal itu karena
kerja keras dan tekad yang kuat untuk menyandang sarjana teknik. Akibatnya, ia
lulus seleksi PMDK dan ia diterima sebagai mahasiswa ITB, Jurusan Elektro.
Sumber: http://nitaqony.blogspot.com/2013/10/deduksi-dan-induksi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar